Friday, November 18, 2011

Pencarian

              Di sebuah desa terhampar sawah yang luasnya berhektar-hektar. Di gubug sederhana hiduplah seorang pria paruh baya sebagai petani. Dia bernama Rahmat. Walau hanya gubug tapi pekarangannya sangat luas dan beliau memiliki sawah dimana sehari-harinya dia selalu bertani di sawah tersebut yang luasnya hingga ke tepi sungai. Setelah selesai bertani, pria paruh baya tersebut sering menghabiskan waktunya di sungai untuk sekedar membersihkan badan dari lumpur sembari mencari ikan jika beruntung. 

Suatu ketika, setelah pak Rahmat usai bertani. Beliau pergi ke sungai untuk sekedar mandi atau mencari ikan. Tidak di sangka-sangka dia menemukan sebutir batu berlian yang berada di dalam sungai. Melihat batu tersebut, pak Rahmat berhenti sejenak dan berpikir,
“Sungguh tidak disangka dan kebetulan sekali aku mendapatkan batu berlian ini. Seumur hidup baru kali ini, aku mendapatkanya.”
Lalu pak Rahmat hendak pulang dengan membawa cenderamata tersebut ke rumah. Sesampainya di rumah, pak Rahmat meletakkan batu berlian tersebut didepan pintu rumahnya.

***
Suatu ketika, kerabat karibnya Firmansyah menjamu ke rumahnya. Pak Rahmat pun mempersilahkan tamunya masuk ke rumah.
“Assalamu’alaikum.” Ucap pak Firman seraya mengetuk pintu.
“Wa’alaikumsalam. Siapa ya?” sahut pak Rahmat dan segera membukakan pintu rumahnya.
Mereka pun berpelukan, karena sudah lama merka tak bertemu.
“Rupanya kamu, Firman. Apa kabar sahabat karibku.” Tanya pak Rahmat.
“Iya, aku kesini ingin bersilaturahmi kepada mu dan ingin melihat keadaanmu. Alhamdulillah, kabarku baik. Kau sendiri bagaimana? Rupanya masih seperti dulu saja.”
“Alhamdulillah keadaanku baik-baik saja. Ya, seperti inilah keadaanku sekarang. Kau bisa lihat sendiri.”
 “Tampaknya kau telah mempunyai batu berlian yang di pajang didepan pintu. Kau beli?”
“Oh, batu itu. Aku menemukan batu tersebut di sungai. Bagaimana menurutmu, bagus bukan?”
“Oh, aku pikir beli. Batu itu harganya sangat mahal dan jarang orang yang mempunyai batu seperti itu. Jika kau memiliki batu tersebut sebesar ibu jari, maka kau dapat memiliki sebuah desa. Jika kau memiliki batu sebesar telapak tangan, maka kau dapat memiliki sebuah kota. Dan jika kau memiliki batu sebesar kepala orang dewasa, maka kau dapat memiliki sebuah negara sendiri.”
“Sungguh, aku baru tahu itu. Ternyata begitu berharganya batu ini. Aku akan berusaha mencari batu seperti ini sebanyak-banyaknya, mengelilingi Indonesia hingga mendapatkan batu yang banyak dan lebih baik dari batu ini.”
Akhirnya pak Rahmat pun pergi mengelilingi dunia, dengan maksud untuk mencari batu sebanyak-banyaknya yang lebih baik dari batu ini. Dengan bermodalkan batu berlian tersebut, perlengkapan seperti pakaian, makanan, minuman seadanya dan uang saku hasil dari penjualan rumah dan pekarangannya, pak Rahmat pun bergegas pergi untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.

***
Dimulai dari provinsi Kalimantan, Sulawesi, Papua, Jawa dan Sumatera, berjalan menyusuri jalan setapak dari kota satu ke kota yang lain. Di setiap perjalanan pak Rahmat selalu memikirkan apa saja yang akan dilakukan ketika keinginannya sudah terpenuhi, terbesit kata “Setelah aku mendapatkan apa yang ku inginkan, batu banyak dan mengkilau. Aku akan membeli sebuah rumah yang luas, mobil yang mewah dan pakaian yang glamour.” Itu lah keinginan yang keluar dari lubuk hatinya. 
Setelah berbulan-bulan mengelilingi berbagai kota di Indonesia, hasilnya pun nihil. Tak satupun pak Rahmat mendapatkan batu seperti apa yang diinginkannya. Dan uang sakunya pun sudah terkuras habis, tanpa sedikit rupiah di dalam sakunya. Perjalanannya berhenti di Warung Makan di provinsi Sumatera. Di situlah pak Rahmat mendapatkan informasi tentang apa yang diinginkannya.
Sebuah stasiun swasta yang memberitakan tentang keindahan alam di Kalimantan Timur, dimana ada seorang pengusaha batu berlian yang kaya raya di sebuah desa. Desa tersebut dinamakan Desa Rahmatan Lil ‘Alamin, karena nama tersebut berasal dari nama pemilik rumah yang telah menjual rumah dan pekarangannya kepada pak Sitohang.
Singkat cerita, ketika pak Sitohang sedang menggali tanah pekarangannya untuk ditanam pohon kelapa sawit, pak Sitohang menemukan sebuah batu berlian. Mendapatkan sebuah batu berlian, pak Sitohang sempat heran dan tertegun melihatnya, kemudian pak Sitohang membuktikan kebenarannya dengan menggali pekarangan rumahnya berkali-kali dan setiap menggali pekarangan Pak Sitohang  menemukan batu berlian. Dan pak Sitohang menyimpulkan ternyata di bawah pekarangan tersebut ada tambang emas dan batu berlian.
Setelah merapatkan tentang hal tersebut dengan warga di desanya, maka pak Sitohang memutusan untuk memperkerjakan warga di desanya untuk menjadi petambang emas dan batu berlian di pekarangan rumahnya. Pembagian kerjanya pun sangat efektif, ada yang menjadi petambang emas atau batu berlian, tetapi ada juga yang menjadi perajin emas dan batu berlian. Hasilnya pun tidak tanggung-tanggung dan dari hasi penjualan emas dan batu berlian tersebut dibagi rata dengan warga di Desanya.

***
Mendengar berita tersebut pak Rahmat tertunduk dan menyesali apa yang selama ini dilakukannya. Ketika adzan asar telah berkumandang, pak Rahmat pun bergegas untuk sholat dan memohon ampun kepada Allah SWT karena selama ini pak Rahmat telah melalaikan-Nya. Akhirnya pak Rahmat kembali ke jalan yang benar.
Janganlah kita mencari kebaikan yang belum pasti. Tetapi, galilah potensi yang ada pada diri, kondisi dan waktu yang kita lalui. Satu burung ditangan lebih baik dari pada kita mecari burung yang belum tentu kita dapatkan.

No comments:

Post a Comment