Di
sebuah desa terhampar sawah yang luasnya berhektar-hektar. Di gubug sederhana
hiduplah seorang pria paruh baya sebagai petani. Dia bernama Rahmat. Walau
hanya gubug tapi pekarangannya sangat luas dan beliau memiliki sawah dimana sehari-harinya
dia selalu bertani di sawah tersebut yang luasnya hingga ke tepi sungai. Setelah
selesai bertani, pria paruh baya tersebut sering menghabiskan waktunya di
sungai untuk sekedar membersihkan badan dari lumpur sembari mencari ikan jika
beruntung.
Suatu
ketika, setelah pak Rahmat usai bertani. Beliau pergi ke sungai untuk sekedar
mandi atau mencari ikan. Tidak di sangka-sangka dia menemukan sebutir batu berlian
yang berada di dalam sungai. Melihat batu tersebut, pak Rahmat berhenti sejenak
dan berpikir,
“Sungguh
tidak disangka dan kebetulan sekali aku mendapatkan batu berlian ini. Seumur hidup
baru kali ini, aku mendapatkanya.”
Lalu
pak Rahmat hendak pulang dengan membawa cenderamata tersebut ke rumah. Sesampainya
di rumah, pak Rahmat meletakkan batu berlian tersebut didepan pintu rumahnya.
***
Suatu
ketika, kerabat karibnya Firmansyah menjamu ke rumahnya. Pak Rahmat pun
mempersilahkan tamunya masuk ke rumah.
“Assalamu’alaikum.”
Ucap pak Firman seraya mengetuk pintu.
“Wa’alaikumsalam.
Siapa ya?” sahut pak Rahmat dan segera membukakan pintu rumahnya.
Mereka
pun berpelukan, karena sudah lama merka tak bertemu.
“Rupanya
kamu, Firman. Apa kabar sahabat karibku.” Tanya pak Rahmat.
“Iya,
aku kesini ingin bersilaturahmi kepada mu dan ingin melihat keadaanmu.
Alhamdulillah, kabarku baik. Kau sendiri bagaimana? Rupanya masih seperti dulu
saja.”
“Alhamdulillah
keadaanku baik-baik saja. Ya, seperti inilah keadaanku sekarang. Kau bisa lihat
sendiri.”
“Tampaknya kau telah mempunyai batu berlian
yang di pajang didepan pintu. Kau beli?”
“Oh,
batu itu. Aku menemukan batu tersebut di sungai. Bagaimana menurutmu, bagus
bukan?”
“Oh,
aku pikir beli. Batu itu harganya sangat mahal dan jarang orang yang mempunyai
batu seperti itu. Jika kau memiliki batu tersebut sebesar ibu jari, maka kau
dapat memiliki sebuah desa. Jika kau memiliki batu sebesar telapak tangan, maka
kau dapat memiliki sebuah kota. Dan jika kau memiliki batu sebesar kepala orang
dewasa, maka kau dapat memiliki sebuah negara sendiri.”
“Sungguh,
aku baru tahu itu. Ternyata begitu berharganya batu ini. Aku akan berusaha
mencari batu seperti ini sebanyak-banyaknya, mengelilingi Indonesia hingga
mendapatkan batu yang banyak dan lebih baik dari batu ini.”
Akhirnya
pak Rahmat pun pergi mengelilingi dunia, dengan maksud untuk mencari batu
sebanyak-banyaknya yang lebih baik dari batu ini. Dengan bermodalkan batu
berlian tersebut, perlengkapan seperti pakaian, makanan, minuman seadanya dan uang
saku hasil dari penjualan rumah dan pekarangannya, pak Rahmat pun bergegas
pergi untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.
***
Dimulai
dari provinsi Kalimantan, Sulawesi, Papua, Jawa dan Sumatera, berjalan
menyusuri jalan setapak dari kota satu ke kota yang lain. Di setiap perjalanan
pak Rahmat selalu memikirkan apa saja yang akan dilakukan ketika keinginannya
sudah terpenuhi, terbesit kata “Setelah aku mendapatkan apa yang ku inginkan,
batu banyak dan mengkilau. Aku akan membeli sebuah rumah yang luas, mobil yang
mewah dan pakaian yang glamour.” Itu lah keinginan yang keluar dari lubuk hatinya.
Setelah
berbulan-bulan mengelilingi berbagai kota di Indonesia, hasilnya pun nihil. Tak
satupun pak Rahmat mendapatkan batu seperti apa yang diinginkannya. Dan uang
sakunya pun sudah terkuras habis, tanpa sedikit rupiah di dalam sakunya. Perjalanannya
berhenti di Warung Makan di provinsi Sumatera. Di situlah pak Rahmat
mendapatkan informasi tentang apa yang diinginkannya.
Sebuah
stasiun swasta yang memberitakan tentang keindahan alam di Kalimantan Timur, dimana
ada seorang pengusaha batu berlian yang kaya raya di sebuah desa. Desa tersebut
dinamakan Desa Rahmatan Lil ‘Alamin, karena nama tersebut berasal dari nama
pemilik rumah yang telah menjual rumah dan pekarangannya kepada pak Sitohang.
Singkat
cerita, ketika pak Sitohang sedang menggali tanah pekarangannya untuk ditanam
pohon kelapa sawit, pak Sitohang menemukan sebuah batu berlian. Mendapatkan
sebuah batu berlian, pak Sitohang sempat heran dan tertegun melihatnya, kemudian
pak Sitohang membuktikan kebenarannya dengan menggali pekarangan rumahnya berkali-kali
dan setiap menggali pekarangan Pak Sitohang menemukan batu berlian. Dan pak Sitohang
menyimpulkan ternyata di bawah pekarangan tersebut ada tambang emas dan batu berlian.
Setelah
merapatkan tentang hal tersebut dengan warga di desanya, maka pak Sitohang
memutusan untuk memperkerjakan warga di desanya untuk menjadi petambang emas
dan batu berlian di pekarangan rumahnya. Pembagian kerjanya pun sangat efektif,
ada yang menjadi petambang emas atau batu berlian, tetapi ada juga yang menjadi
perajin emas dan batu berlian. Hasilnya pun tidak tanggung-tanggung dan dari hasi
penjualan emas dan batu berlian tersebut dibagi rata dengan warga di Desanya.
***
Mendengar
berita tersebut pak Rahmat tertunduk dan menyesali apa yang selama ini dilakukannya.
Ketika adzan asar telah berkumandang, pak Rahmat pun bergegas untuk sholat dan
memohon ampun kepada Allah SWT karena selama ini pak Rahmat telah melalaikan-Nya.
Akhirnya pak Rahmat kembali ke jalan yang benar.
Janganlah
kita mencari kebaikan yang belum pasti. Tetapi, galilah potensi yang ada pada
diri, kondisi dan waktu yang kita lalui. Satu burung ditangan lebih baik dari
pada kita mecari burung yang belum tentu kita dapatkan.
No comments:
Post a Comment